Minggu, 30 Mei 2010

MANUSIA DAN PENDERITAAN

Penderitaan berasal dari kata derita, yang berasal dari bahasa Sansekerta, dhra yang berarti menahan atau menanggung. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, derita artinya menanggung sesuatu yang tidak menyenangkan. Dengan demikian, penderitaan merupakan lawan kata dari kesenangan ataupun kegembiraan.
Penderritaan merupakan salah satu resiko dalam kehidupan yang telah digariskan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, disamping kesenangan atau kebahagiaan yang diberikan kepada umat-Nya. Namun, semua itu diberikan bukan tanpa rencana. Tuhan menciptakan keduanya, terutama penderitaan atau kesedihan, dengan maksud agar manusia dalam keadaan bahagia atau sedih, senang atau menderita, selalu ingat kepada-Nya dan tidak memalingkan dari-Nya. Oleh karena itu, hal itu lebih bersifat ujian. Namun, tuhan memberikan tanda atau wangsit untuk memperingatkan manusia untuk tetap berada dijalurnya.

Contoh sederhana kekalutan mental dapat disebutkan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidak mampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi, sehingga yang bersangkutan bertingkah secara kurang ajar. Misalnya seseoran yang tidak mampu menjawab soal-soal ujian dengan menggigit-gigit pensil.
Gejala-gejala
permulaan pada orang yang mengalami kekalutan mental ialah sebagai mana yang terdapat pada pernyataan berikut ini.

Jasmaninya sering merasakan pusing-pusing, sesak napas, demam, dan nyeri pada lambung.

Jiwanya sering menunjukkan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu dan mudah marah.


Sedangkan seban-sebab timbulnya kekalutan mental ialah sebagaimana yang dijelaskan berikut ini.

à Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna. Hal-hal tersebut sering menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri, yang berangsur akan menyudutkan kedudukannya dan menghancurkan mentalnya.

à Terjadinya konflik-konflik sosial-budaya akibat adanya norma yang berbeda antara yang bersangkutan dan ada yang dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi, misalnya orang dari pedesaan yang telah mapan sulit menerima keadaan baru yang jauh berbeda dari masa lalunya yang jaya.

à Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi berlebihan terhadap kehidupan sosial: overacting overkompensasi dan tampak emosional, sebaliknay ada yang underacting sebagai rasa rendah diri yang lain kea lam fantasi.


Sumber :

  • Ensiklopedia: Britannica Encylclopedia. London
  • Koentrjaraningrat.1974. Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.
  • Widyosiswoyo, Supartono. 1993. Ilmu Budaya Dasar. Bogor: Ghalia Indonesia
  • nindythaa.ngeblogs.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar