Rabu, 06 Oktober 2010

Bu Ida GURUKU

“Hmff……….” waktu terasa begitu lama. Aku yang tidak pernah suka dengan pelajaran MATEMATIKA merasa seperti terjebak didalam gurun pasir. Termenung….
“Braaaakkkkk….!!!!!!!” Tiba-tiba sebuah penghapus papan tulis sampai di mejaku. “Heii kamu..!!!sudah puas kamu melamun disitu..???” bu Ida dari singgasananya membentakku. “Melamun di luar saja kau nak!!” dengan bahasanya yang sudah begitu melekat dihati dan pikiranku, dia mengusirku keluar.“Damn!! dengan suara sangat kecil sekali. Aku keluar kelas mengikuti perintahnya. Dan dari tempatnya, ia tersenyum licik dan menertawakan kebodohanku. “Dasar guru nyebelin….!!!” Teriakku dalam hati.
“Kriing…..kriiinggg…” bel tanda istirahat pun berbunyi. Menandakan kalau bu Ida sebentar lagi akan keluar dan memberikanku hukuman tambahan. Saat berpapasan didepan koridor kelas ia berkata “Kau nak,bawakan saya 2 kantung permen dan 1 mangkuk mie ayam ke ruang guru dan taruh di meja saya. Dan jangan melamun lagi di pelajaran saya.” Perintahnya. Aku hanya bisa tersenyum dan berteriak dalam hati “ Dasar guru nyebelin, ga punya perasaan,sebel…sebel..sebel…”.Masuk kedalanm kelas, sama saja seperti masuk kedalam ruangan sircus, dimana aku yang menjadi badutnya. Mereka semua menertawakan aku. Dengan cepat aku masuk untuk mengambil uang didalam tas, lalu cepat-cepat aku keluar dari ruangan sircus yang disebut kelas. Dan aku berlari menuju surganya para murid yang kelaparan. Aku memenuhi pesanan bu Ida. Berdesak-desakan berebut mie ayam dengan anak lain. “Ohh kenapa harus ada guru se nyebelin bu Ida” gumamku.
Sesampainya di ruang guru, Aku mendapat sambutan yang cukup baik dari beberapa guru yang ada didalam ruangan. Lalu aku menghampiri meja bu Ida. Dia tertawa untuk yang kesekian kalinya. Dan berkata “ Makasih ia nak, mie ayam dan permennya, mmm, kamu ikhlas ga ngebeliin ibu..??” tanyanya. “Ohh ikhlas bu, lagian kan jarang-jarang traktir ibu makan.” Jawabku tersenyum. “Owh kalau begitu besok kamu ngelamun lagi aja yah, biar saya bisa makan gratis, yaudah kamu kembali ke kelas.” Ucapnya sambil tertawa. Lalu aku pergi keluar ruangan dengan cepat. Agar aku bisa bernapas lega telah menyelesaikan hukumanku walau dengan perutku yang lapar, karena semua uangku telah habis untuk membelikan bu Ida makanan.
Dan hari itu, Aku hanya bisa menertawakan kemalangan nasibku sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar